Muktamar ke-47 Muhammadiyah: Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial
dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran
Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,
mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,
yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
KH Ahmad Dahlan berpesan, “Jangan sesekali kamu menduakan
pandangan Muhammadiyah dengan Perkumpulan lainnya; Jangan sentimen, jangan
sakit hati kalau menerima celaan dan kritikan; Jangan sombong, jangan berbesar
hati kalau menerima pujian; Jangan Jubriya (Ngujub – Kibir dan Riya’); Dengan
ikhlas murni hatinya, kalau sedang berkembang harta, pikiran dan tenaga; Harus
bersungguh-sungguh hati dan tetap tegak pendiriannya (jangan was-was).
Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama. Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjungtinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.
Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama. Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjungtinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.
Dalam kehidupan kebangsaan
Muhammadiyah mengagendakan gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan.
Indonesia Berkemajuan merupakan rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna
dalam seluruh bidang kehidupan menuju Indonesia yang maju, adil, makmur,
bermartabat, dan berdaulat. Indonesia Berkemajuan merupakan perwujudan dari
jiwa, pemikiran, dan cita-cita kemerdekaan yang diletakkan oleh para pendiri
bangsa tahun 1945 di mana Muhammadiyah berkiprah aktif dalam memperjuangkannya.
Indonesia Berkemajuan memerlukan nilai dan faktor strategis yaitu agama sebagai
sumber kemajuan, pendidikan yang mencerahkan, kepemimpinan profetik, institusi
yang progresif, dan keadaban publik yang serba utama. Indonesia Berkemajuan
tersebut sejalan dengan pandangan Muhammadiyah yang membawa misi Islam yang
berkemajuan menuju terwujudnya kehidupan bangsa dan negara Indonesia sebagai
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah yang berlangsung pada tanggal 3 -7 Agustus di Makassar merupakan agenda besar dan memiliki implikasi yang cukup luas di tengah masyarakat, karena pertemuan tertinggi ini bukan hanya dihadiri peserta dan penggembira dari seluruh provinsi serta kabupaten dan kota se-Indonesia, melainkan juga peserta dan penggembira dari cabang Muhammadiyah di mancanegara. Selain karena dihadiri puluhan ribu peserta dan penggembira, Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah juga akan melahirkan berbagai keputusan strategis, mulai dari ketua dan pengurus baru, hingga keputusan-keputusan yang menyangkut masalah keagamaan, masalah persyarikatan atau organisasi Muhammadiyah, dan masalah-masalah kebangsaan.
Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah yang berlangsung pada tanggal 3 -7 Agustus di Makassar merupakan agenda besar dan memiliki implikasi yang cukup luas di tengah masyarakat, karena pertemuan tertinggi ini bukan hanya dihadiri peserta dan penggembira dari seluruh provinsi serta kabupaten dan kota se-Indonesia, melainkan juga peserta dan penggembira dari cabang Muhammadiyah di mancanegara. Selain karena dihadiri puluhan ribu peserta dan penggembira, Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah juga akan melahirkan berbagai keputusan strategis, mulai dari ketua dan pengurus baru, hingga keputusan-keputusan yang menyangkut masalah keagamaan, masalah persyarikatan atau organisasi Muhammadiyah, dan masalah-masalah kebangsaan.
Komentar
Posting Komentar